Kamis, 08 Desember 2011

Siasat mahasiswa


                Seorang ibu sedang jengkel dengan anak gadisnya yang seorang mahasiswi karena sering bolos kuliah. Karena jengkelnya, ibu tersebut tak mau mengajak  bicara anaknya. Namun, ibu itu menjadi kebingungan sendiri pada suatu hari. Ia harus bangun pagi-pagi sebelum subuh, sementara ia sendiri sulit  bangun pagi. Hendak minta tolong pada suaminya tak bisa karena suaminya tengah berdinas ke luar kota. Di keluarganya, hanya anak gadisnya yang terbiasa bangun pagi-pagi. Nendak meminta tolong anaknya, si ibu merasa gengsi, sedangkan jika tidakminta tolong ia takut bangun kesiangan.
                Si ibu kemudian mendapat akal. Ia menuliskan pesan yang diletakkannya di samping tempat tidur anaknya.
                Bunyi pesannya: BANGUNKAN IBU SEBELUM SUBUH!
                Keesokan harinya si ibu bangun kesiangan. Ia amat terkejut. Langsung ia hendak memarahi anaknya yang telah melalaikan pesannya. Namun ia melihat selembar di dekat tempat tidurnya yang tampaknya merupakan pesan dari anak gadisnya.
                Bunyi pesan itu: BU, BANGUN! SEBENTAR LAGI SUBUH DATANG!

saat cinta datang


                Saat cinta datang dengan hormat mengetuk pintu hati
                Maka bukalah pintu hati lebar-lebar
                Biarkan cinta membuat jendela-jendela
                Agar sepoi membelai buai menyejukkan tiap lekuk relung hati
               
                Saat cinta datang mencongkel jendela tanpa setahu penjaga hati
                Jangan usik dia, karena dia akan mengganti jendela itu dengan
                Jendela baru yang lebih indah mempesonakan
                Rasakan saja hadirnya agar dia bebas mengukir dinding-dinding hati

                Saat cinta merobohkan saka hatimu, juga biarkan
                Karena dia akan kembali datang dan membangunkan istana hati
                Dengan saka dari hatinya

                Namun radar-radar hatimu tak lagi merasakan hadirnya
                Jangan biarkan,………..
                Tonjoklah ego yang telah membelenggu rasa di balik jeruji denda
                Dan ceburkan diri dalam telaga keheningan
                Maka sesungguhnya kamu akan dapat merasakan hadirnya
                Kembali dengan hati berpermadani
               

Surat dari ibu



                                Pergi ke dunia luas, anakku sayang
                                Pergi ke hidup bebas!
                                Selama angin masih angin buritan
                                Dan matahari pagi menyinar daun-daunan
                                Dalam rimba dan padang hijau

                                Pergi ke laut lepas, anakku sayang
                                Pergi ke alam bebas!
                                Selama hari belum petang
                                Dan warna senja belum kamerah-merahan
                                Menutup pintu waktu lampau

                                Jika baying telah pudar
                                Dan elang laut pulang ke serang
                                Angin bertiup ke benua
                                Tiang-tiang akan kering sendiri
                                Dan nakhoda sudah tau pedoman
                                Boleh engkau dating padaku!

                                Kembali pulang, anakku sayang
                                Kembali ke balik malam!
                                Jika kapalmu telah rapat ke tepi
                                Kita akan bercerita
                                “tentang cinta dan hidupmu pgi hari.”
                               

Spanduk konyol


                Seorang tukang sablon kedatangan pelanggan pada sore hari ketika ia hampir menutup tempat usahanya. Pelanggan itu meminta segera di buatkan spanduk untuk menyambut perayaan hari olahraga nasional.
                “bunyinya: marilah mengolahragaan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga!”  pinta sang pelanggan. “Besok pagi-pagi harus jadi lho!”
                Tukang sablon menyanggupi.
                Baru juga pelanggan itu berlalu, tukang sablon kembali kedatangan pelanggan lain yang meminta dibuatkan spanduk guna menggelorakan semangat wajib belajar dengan memberantas kebodohan. Sama dengan pelanggan pertama, pelanggan kedua ini juga meminta spanduknya selesai esok hari. Tukang sablon juga menyanggupi.
                Karena ceroboh dan kurang konsentrasi dalam mengerjakan, dua spanduk yang digarap tukang sablon menjadi:
                Mari membodohkan masyarakat dan memasyarakatkan kebodohan!
                Dua pelanggan itu tentu marah besar setelah mengetahui keesokan harinya. Tukang sablon berjanji akan segera mengganti dua spanduk yang dibuatnya. Namun karena kebloonannya pula, dua spanduk yang dibuatnya malah disatukan hingga menjadi:
                Marilah mengolahragakan kebodohan dan membodohkan olahraga!

Ta 'kan kucorengi putih suci baktimu


                Guruku,
                Engkau tahu
                Tak pernah terbelah keyakinanku padamu
                Tak bisa di tawar ketulusanmu padaku

                Guruku,
                Aku tahu!
                Karena engkau kini aku mengerti
Mengapa jagad hanya terang di kala siang
Karena engkau kini aku pahami
Delapan denan adil ku bagi empat masing-masing dua

Sekalipun tak pernah kupungkiri itu
Sedikitpun tak pernah kuragukan itu

Aku, kita, kami semua yang masih punya hari
Berjanji tak ‘kan corengi putih suci baktimu
Aku, kita, kami semua yang masih manusia
Bersumpah tak ingin siakan setiap tetes keringatmu

Saat ini tak ada yang dapat kami berikan
‘tuk balaskan jasa dan tulus pengabdianmu
Namun dengarkanlah gema dari sudut hati ini
Yang melapazkan satu untaian kata jiwa,
Terima kasih untuk pahlawanku yang tak’ kan pernah
Mati dari hidup dari hati kami